Kapanlagi.com
– Gangguan siklus hidrologi mengakibatkan banjir dan kekeringan,
karena air hujan yang seharusnya meresap ke dalam tanah menjadi “air
larian”, kata pakar air Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata
Semarang Budi Santosa.
“Beban
yang harus diterima saluran atau sungai di hilir menjadi lebih besar.
Gangguan seperti ini bisa dilihat pada karakteristik sungai yang
memiliki fluktuasi aliran cukup besar,” katanya.
Ia
menjelaskan pada musim hujan debit aliran air sungai sangat besar
bahkan terlalu besar, tetapi pada musim kemarau debit aliran air sungai
sangat kecil bahkan kering sama sekali. Idealnya fluktuasi aliran
sungai tidak terlalu besar atau hampir seragam.
Aliran
air sungai pada musim kemarau berasal dari air di dalam tanah yang
keluar dari mata air. “Kontribusi terbesar aliran sungai pada musim
kemarau sebenarnya dari mata air,” katanya. Ia menduga banjir
disebabkan menurunnya kapasitas saluran atau sungai akibat proses
sedimentasi, buangan sampah atau bangunan air yang menghambat aliran.
Banjir
yang terjadi di musim penghujan, karena sebagian besar air hujan yang
jatuh ke permukaan tanah dialirkan sebagai “air larian” yang akan
terbuang percuma ke laut. “Ekses yang ditimbulkan adalah berkurangnya
air yang meresap ke dalam tanah yang berarti bahwa simpanan air di
dalam tanah juga akan berkurang.”
“Padahal
simpanan air tersebutlah yang memberikan kontribusi terhadap aliran
air pada mata air dan sungai pada musim kemarau,” katanya. Banjir dan
kekeringan yang sering terjadi hampir setiap tahun khususnya di Jawa
Tengah, telah menunjukan adanya kerusakan lingkungan dalam skala yang
cukup luas.
Banjir dan
kekerangan disertai pencemaran di beberapa bagian sungai merupakan
gambaran suatu krisis air yang sedang dan akan dihadapi pada masa
mendatang. Usaha mengatasi masalah banjir dan kekeringan adalah
meningkatkan besaran resapan air ke dalam tanah yang antara lain bisa
dilakukan dengan menjaga kelestarian hutan dan menghambat laju “air
larian” melalui pembuatan sumur resapan.
“Air
hujan sebelum masuk ke saluran dibelokan terlabih dahulu ke sumur
resapan sehingga kesempatan air meresap ke dalam tanah menjadi lebih
besar,” kata Budi Santosa. (*/tut)
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking